Ledakan bom tiba-tiba mengejutkan disaat siang yang terang dan terjadi di pusat keramaian Jakarta membuat sadar kita akan bahaya terorisme. Mengapa orang yang masih muda dan sehat berubah jadi pembunuh masal orang yang tak bersalah?
Perlu ada pencegahan sebelum bertambah banyak lagi generasi muda yang terjerumus tergabung dalam kubangan terorisme. Akar permasalahan ini harus segera untuk diketahui tidak hanya memberantasnya dengan tindakan bersenjata.
Para pemuda yang bergabung dengan gerombolan terorisme ini ternyata bukan orang yang sakit jiwa, paranoid, atau orang gila, sebelum mreka di rekrut. Mereka terlihat normal dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Memang banyak dari mereka anak usia belia yang dalam kejiwaan mereka berada di periode yang sulit. Mereka mulai berdiri sendiri sebagai individu yang kadang merasa terpisahkan, mencari pegangan hidup, resah, mencari identitas diri, rapuh, dan mempunyai keinginan memiliki.
Rasa terpisah ini yang kemudian mendorong untuk mendapatkan kelompok baru agar identitas dirinya menjadi kuat. Di lain tempat ada banyak remaja yang kemudian bergabung dengan kelompok seperti gang atau grup penggemar grup musik.
Kelompok keyakinan agama yang ekstrim tidak luput menjadi daya tarik tersendiri bagi para pemuda tersebut untuk mengatasi rasa terpisah mereka. Status yang belm dimiliki mereka akan merasa diberikan oleh kelompok ini dengan tawaran keyakinan bersama dan saling medukung.
Mereka sebenarnya mempunyai kawan dan keluarga dan pempunyai empati sebagai perasan alami manusia pada umumnya. Keyakinan disertai tujuan yang kuat dengan cara sesat kemudian mulai mematikan sifat kemanusiaan dan lampu empati mereka.
Dunia seakan akan terbagi menjadi terkotak-kotak dan terkategori. Orang diluar kelompoknya sendiri akan tertaman sebagai musuh dibenaknya, atau objek yang harus segera dimusnahkan keberadaanya. Mereka tidak menggunakan pengalaman pribadi dan persepsi pada umumnya untuk melihat dunia.
Dunia seakan akan terbagi menjadi terkotak-kotak dan terkategori. Orang diluar kelompoknya sendiri akan tertaman sebagai musuh dibenaknya, atau objek yang harus segera dimusnahkan keberadaanya. Mereka tidak menggunakan pengalaman pribadi dan persepsi pada umumnya untuk melihat dunia.
Mereka membebankan orang yang berada di luar kelompoknya tersebut bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan yang selama ini terjadi. Sisi kemanusiaan mereka telah dicuci otaknya oleh kelompok mereka.
Makna dari perjalanan hidup gagal mereka dapatkan sehingga makna baru yang kemudian masuk ditawarkan oleh kelompoknya. Makna baru ini hanya berdasarkan penafsiran dan tujuan yang keliru atas keyakinan mengalahkan yang dianggap musuh oleh mereka.
Sebelum orang yang tidak bersalah menjadi korban, perlu dilakukan tindakan mulai dari sekarang. Membiarkan mereka bermanuver artinya hanya menunda teror atau kekacauan yang lebih besar.
0 komentar